Berita Terkini :
Home » , , , » Bahasa Sebagai Sistem Kognitif

Bahasa Sebagai Sistem Kognitif

Written By Unknown on Sunday, June 16, 2013 | 2:52 AM



.1. Model Kognitif
            Menelaah bahasa tidaklah mungkin tanpa menelaah manusia pemakainya. Penelitian bahasa sebagai suatu system berada dalam bidang akademik lingusitik; sedangkan penelitian penggunaan bahasa dikenal sebagai psikolinguistik.
            Yang dimaksud dengan (lingusitik) model kognitif adalah suatu teori bahasa yang memperhitungkan atau melibatkan fenomena mentalisitk seperti pemerolehan bahasa pada anak-anak secara tidak sadar. Dalam pemerolehan bahasa itu, si anak memperoleh suatu pandangan yang segar atas fakta-fakta bahasa yang dipelajarinya dengan jalan memperhatikan tata bahasa asli orang tuanya beserta pembaharuan-pembaharuan yang telah mereka perbuat, sebagai tata bahasa tunggal. Kemudian si anak membentuk tata bahasa baru yang disederhanakan dengan pembaharuan-pembaharuan miliknya/ buatannya sendiri. (King, 1969: 80-81).

2. Bahasa sebagai suatu system komunikasi
            Dalam literature kebahasaan sering dijumpai batasan atau penjelasan yang menetapkan bahwa bahasa adalah system komunikasi. Sebagai missal, Bloch and Trager mengatakan bahwa “ a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates’ (Bahasa adalah suatu system symbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok social sebagai alat komunikasi) (Bloch and Trager, 1942:5).
a.      …simbol-simbol…
Bahasa adalah suatu system symbol-simbol, itu mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian-kejadian dalam dunia praktis; dengan kata lain ucapan itu “berarti” atau “terdiri atas” aneka ragam ciri pengalaman, atau singkatnya: mengandung arti atau makna.
b.      …simbol-simbol vokal…
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vocal, yaitu bunyi-bunyi dan urutan-urutan bunyi yang dihasilkan oleh kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan. Bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya sebagai yang jelas serta berbeda dari lainnya. Demikianlah pada dasarnya ujaran merupakan fenomena akustik.
c.       …simbol-simbol vokal yang arbitrer…
Dalam istilaj “arbitrer” terkandung makna bahwa tidak perlu hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti (yang dikandung)nya. Hal ini jelas bagi setiap orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya saja untuk menyatakan jenis binatang yang disebut Equus caballus orang Inggris menyebutnya horse, orang Belanda Paard,orang Prancis cheval, orang Jerman Pfred dan orang Indonesia kuda.
d.      …suatu sistem yang berstruktur dari symbol-simbol yang arbitrer…
Dalam beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai di awal kata, yang lainnya tidak dapat dipakai atau menduduki posisi di akhir kata. Gabungan bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya criteria kecocokan. Tidak boleh dibuat seenaknya saja. Di seluruh bidang ditandai oleh suatu pemolaan yang teratur rapi. Pemolaan ini bersifat intuitif dan merupakan hakekat/sifat tak sadar, semenjak bahasa, walaupun telah ditelaah oleh para sarjana, diciptakan dan telah dipergunakan oleh manusia biasa secara tidak sadar akan adanya suatu “sistem berstruktur” yang mendasari ujaran mereka.

3. Kreativitas Lingusitik
            Kreativitas atau produktivitas merupakan ciri bahasa yang universal dan Chomsky selalu menekankan adanya kesemeetaan bahasa, universalia bahasa atau “linguistic universals” atau “language universals”. (Silitonga, 1976:121)
Kreativitas lingusitik mempunyai 4 aspek, yaitu:
1.      Keterbatasan ekspresi linguistik
2.      Relatif bebas dari pengawasan stimulus
3.      Keserasian ujaran dengan keadaan
4.      Kesanggupan mencipta kosakata baru.

4 Kaidah-kaidah linguistik
            Anda mungkin saja belum pernah menemui sebelumnya suatu kalimat yang identik dengan salah sebuah kalimat yang and abaca sekarang ini, tapi anda tidak menemui kesulitan untuk mengertinya karena sudah terbiasa dengan prinsip-prinsip yang mendasari pembentukannya. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip ialah prinsip linguistic yang melukiskan hal-hal seperti struktur kalimat, susunan kata, bentuk akhiran kata dan sebagainya. Prinsip-prinsip konstruksi seperti itu, yang dikapai bersama-sama oleh anggota suatu masyarakat lingusitik adalah penting agar masyarakat dapat berkomunikasi dalam bahasa ibu mereka. Tidaklah menjadi masalah sama sekali bahwa komunikasi linguistic terjadi dengan pertukaran kalimat-kalimat yang diambil dari daftar milik bersama yang bagaimanapun juga tersimpan dalam ingatan setiap orang- sesungguhnya terdapat terlalu banyak kalimat.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki seperangkat prinsip atau kaidah linguistic yang menjelaskan struktur setiap kalimat yang tidak terbatas jumlahnya dalam bahasa itu. Kaidah-kaidah ini tidaj disadari dan diperoleh pada masa anak-anak melalui proses-proses yang tidak dimengerti. Kaidah-kaidah linguistic ini tentu tidak secara eksplisit mengajar anak-anak. Kenyataan bahwa kaidah-kaidah ini tidak disadari sangat penting. Filsuf Michael Polanyi (1958) telah membuat suatu pembedaan yang sangat penting antara aspek-aspek pengetahuan manusia yang disadari atau yang bersifat eksplisit dan aspek-aspek yang tidak disadari atau yang bersifat tasit (tacit). Pengetahuan seseorang mengenai bahasa ibunya jelas merupakan contoh pengetahuan yang tasit yang tidak disadari. Sebagai tambahan kepada yang tasit itu,  perlu dijelaskan bahwa aplikasi pengetahuan linguistic dalam ujaran sehari-hari bersifat otomatis.

5. Kapasitas tak terbatas dengan cara terbatas
            Suatu ciri bahasa secara umum adalah adanya kapasitas tak terbatas dengan cara yang terbatas, dengan alat yang terbatas; sejumlah kalimat yang tak terbatas banyaknya dapat dibentuk/dihasilkan dengan mempergunakan seperangkat kaidah yang terbatas jumlahnya.
6. Bahasa khusus dan bahasa umum
            Adalah merupakan kenyataan yang luar biasa bahwa terdapat sejumlah ciri yang berlaku umum kepada kaidah semua bahasa di muka bumi ini. Ciri-ciri umum ini disebut universalia linguistik atau kesemestaan linguistik.
            Para linguis generatf menegaskan bahwa selama ciri-ciri umum bahasa bersifat universal, maka adalah beralasan untuk berpendapat/berpikir bahwa hal itu umum bagi setiap anak dan bahwa beberapa kesemestaan mungkin lebih cenderung kepada kognitif yang lebih umum atau prasarana-prasarana intelektual semua manusia normal. Dengan pernyataan bahwa prinsip linguistik universal lebih merupakan prasarana umum akal/pikiran manusia daripada diturunkan oleh sang anak secara langsung dan hanya melulu dari pembukaannya terhadap ujaran maka pemerolehan bahasa ibu sang anak hanya dapat mencangkup ciri-ciri bahasa yang dipakai dalam lingkungannya, yang menandai bahasa tertentu itu. Pertimbangan-pertimbangan menyatakan bagaimana pembedaan antara bahasa umum dan bahasa khusus digambarkan/dibayangkan pada individu.

7. Bahasa dan kebudayaan
            Tuntunan atau penegasan bahwa sifat-sifat bahasa yang paling menarik hati adalah kesemestaannya adalah sama anehnya dengan pandangan bahwa sifat-sifat dasar dan struktural bahasa tertentu merupakan rerfleksi kebudayaan tempat bahasa itu dipakai.
            Demikianlah seringkali diperdebatkan bahwa selama bahasa tertentu yang diperoleh anak ditentukan oleh masyar
Akat tempat dimana mereka dibesarkan, maka bahasa umunya merupakan fenomena cultural semata. Argument bahwa bahasa semata-mata berakar pada kebudayaan kerapkali ditunjukkan bahwa anak-anak yang dikeluarkan dari masyarakat manusia tidak akan memperoleh sesuatu bahasa manusia, kalau dia mau bertahan hidup terus.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak dan hanya anak manusia, mempunyai otak yang dirancang sedemikian rupa sehingga mereka dapat belajar sesuatu bahasa, diperlengkapi sedemikian rupa sehingga mereka dapat disodorkan/ diperkenalkan dengan lingkungan sekitar yang sesuai. Mungkin ciri-ciri unik bahasa tertentu dapat dihubungkan dengan ciri-ciri unk masyarakat tempatnya dipakai, masyarakat yang memakainya. Misalnya masyarakat Eskimo dan Lapp memiliki kosakata yang kaya bagi beraneka ragam salju; bahasa Inggris yang dipakai oleh masyarakat industry maju memiliki kosakata yang luas dan berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknik yang tidak dipergunakan oleh bahasa-bahasa yang dipakai pada waktu dan tempat lain sebelum itu.
            Perbedaan ini hanya bersangkut paut pada kosakata, dan tidak ada hubungannya dengan sesuatu prinsip struktural bahasa itu. Kaidah-kaidah khusus sesuatu bahasa yang menandai struktur bahasa pada umunya bebas dari pengaruh-pengaruh kosakata dan kebudayaan.

8. Sistem komunikasi linguistik
            Para linguis generative yakin bahwa suatu tata bahasa terdiri atas 3 komponen utama, yaitu:
1.      Komponen semantik, merupakan komponen pemerian linguistik yang lengkap selain daripada tata bahasa (terdiri dari sintaksis dan fonologi). Komponen semantic memberikan pejelasan mengenai kemampuan pembicara untuk menentukan arti kalimat-kalimat baru di dalam bahasanya.
2.      Komponen sintaksis, sintaksis-salah satu komponen utama tata bahasa disamping komponen fonologi.
3.      Komponen fonologi, memetakan setiap tali sintaksis menjadi suatu gambaran ciri-ciri fonetik yang paling terperinci yaitu menyajikan setiap kalimat dengan ucapannya.
Konsep yang diperbincangkan seringkali ditandai sebagai pembeda antara kompetensi linguistik dan performansi linguistik.
Ø  Kompetensi linguistic mengacu kepada pengetetahuan si pembicara asli mengenai bahasanya (yaitu tata bahasa) beranalogi Langue (bahasa).
Ø  Performansi linguistic mengacu kepada perangkat keterampilan dan strategi yang dipergunakan oleh si pemakai bahasa bila dia menerapkan kompetensi linguistiknya dalam produksi dan kkomprehensi kalimat-kalimat yang sesungguhnya.( parole yang berarti ujaran).
9. Tata bahasa deskriptif vs preskritif
            John Lyons dengan tegas menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang deskriptif, bukan preskriptif. Tugas utama linguis adalah memerikan atau melukiskan cara orang sebenarnya berbicara (dan menulis) memakai bahasa mereka bukan menentukan bagaimana caranya mereka haruw berbicara dan menulis. Dengan kata lain linguistik adalah deskriptif bukan preskriptif atau normatif.
            Untuk menjelaskan pembedaan antara tata bahasa preskriptif dan deskriptif, dapat dilihat dari contoh berikut:
Pisang itu dimakan oleh saya.
Pemberian tahu itu belum disebarkan.
Semangkin tua semangkin susah.
Dia barusan tiba di Bandung.
Ibu lupa mengirimkan uang itu.
(it’s me)
            Para tatabahasawan preskriptif dapat mengatakan dengan tegas ekspresi-ekspresi di atas tidak benar dan akan mencoba mengajar para siswa mengatakan (sebagai gantinya) :
Pisang itu kumakan.
Pemberitahuan itu belum disebar.
Semakin tua semakin susah.
Dia baru saja tiba di Bandung.
Ibu lupa mengirimkan uang itu.
(it’s I)
Bagikan Artikel Ini :

0 komentar:

Komentar dan Saran Anda

Tinggalkan komentar dan saran anda mengenai artikel ini ...

English French German Italian Portuguese Japanese Korean Arabic

FACE

 
Blog ini Milik: Mas | Bambang | Sutrisno
Diberdayakan oleh Blogger
Copyright © 1989-2014. Pemulung Aksara - All Rights Reserved
Terimakasih Sudah Berkunjung Ke Blog Ini, Salam dari Saya Bambang Sutrisno